Dalam drifting, kecepatan bukan satu faktor penilaian. |
Kemampuan mobil dan
pembalap dalam mengontrol selip ini membuat tingkat kesulitannya bertambah dan
memiliki kelas tersendiri dalam olahraga balap. Dalam kompetisinya, penilaian
dilakukan berdasarkan kecepatan, jalur, dan sudut perputaran mobil. Tak hanya
penuh adrenalin, olahraga ini juga makin seru dinikmati karena penuh aksi-aksi
yang mengejutkan.
Tercatat pada awal
1930-an, oleh para pembalap Grand Prix teknik drifting pertama kali dilakukan.
Namun, popularitasnya sebagai bagian dari balapan mobil baru meningkat pada era
1970-an di Jepang. Nama Kunimitsu Takahashi disebut-sebut sebagai pelopornya.
Caranya menikung di sudut dengan kecepatan tinggi dengan margin sangat tipis
antara mobil dengan batas sirkuit jadi khas tersendiri. Efek asap dari ban saat
berputar pun menjadikannya terlihat lebih artistik.
Adalah Keiichi
Tetsuya yang juga dikenal sebagai Dorikin alias Drift King, yang tertarik pada
teknik Takahashi. Tidak tanggung-tanggung, ia menantang medan berbahaya
pegunungan di Jepang sebagai tempat latihannya. Tak
butuh waktu lama bagi dirinya untuk meraih ketenaran yang setara dengan sang
idolanya, Takahashi. Ketika namanya makin bersinar, beberapa bengkel
mobil dan majalah otomotif papan atas merekam dan merilis aksi ekstremnya
secara resmi. Bahkan Pluspy, judul video tersebut, masih berpengaruh bagi para
pembalap drifting di era milenium.
Di tahun 1988,
Tetsuya bekerja sama dengan Daijiro Inada, pemimpin redaksi majalah Option kala
itu, untuk menginisiasi ajang D1 Grand Prix khusus untuk para drifters yang
menjadi patokan yang memulai euforia di berbagai belahan dunia lainnya. D1
Grand Prix menjadi ajang paling bergengsi dalam drfiting sejak itu. Ibarat
Formula 1 bagi para pembalap formula, di sinilah tujuan utama para drifter profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar